Events,  Film,  Lifestyle

IMAC Film Festival 2025 Mendukung Kreativitas Generasi Muda untuk Berani Berkarya

Sebagai penikmat beberapa film lokal, aku selalu percaya kalau Indonesia tuh punya potensi besar di industri perfilman. Cerita yang kaya, budaya yang beragam, dan talenta sineas muda yang penuh semangat bisa jadi modal kuat buat menghasilkan karya yang nggak cuma menghibur, tapi juga punya misi dan pesan positif yang berdampak. Makanya, pas diajak hadir ke IMAC Film Festival 2025, aku langsung excited meng-iya-kan, apalagi bisa menyaksikan deretan film pendek yang covernya aja udah cinematic, seolah menyiratkan alur menarik dengan ide segar dari generasi muda saat ini.

Perjalanan dari Bekasi menuju Taman Ismail Marzuki, venue yang dipilih untuk perhelatan festival selama 3 hari (14-16 Februari 2025). Hari itu cuaca begitu cerah dengan kondisi jalanan yang mulai memadat. Ini kali pertama aku menginjakkan kaki di TIM, ternyata ada area luas di tengah kota yang punya ambience asri dan menyenangkan. Beberapa spot di sana bahkan asik banget dipilih untuk menikmati sore sambil duduk santai mencari inspirasi.

Sesampainya di TIM, aku dan Mba Utie langsung menuju ke lantai 1, area registrasipun cukup ramai dengan beberapa orang yang mulai berdatangan, event ini terbuka untuk umum dan gratis. Salut sama ILUNI UI (Ikatan Alumni UI) yang berhasil mengajak beragam partner untuk kolaborasi menghadirkan IMAC FilmFest 2025, ini jadi wadah bagi filmmaker muda untuk eksplorasi ide dan kreativitas mereka di dunia perfilman. Nah untuk film enthusiast, kita juga bisa dapat banyak ilmu dan insight dari sesi talkshow yang disiapkan selama acara.

Nggak cuma ngasih panggung ke sineas muda untuk mengembangkan kemampuan mereka, IMAC Filmfest tahun ini ngangkat tema Green Diffraction yang membawa isu lingkungan dan keberlanjutan dari sudut pandang yang berbeda. Karya seni seperti film bisa memberikan dampak dan manfaat untuk lingkungan, melalui interaksi hingga aksi nyata menjaga keberlanjutan bumi. Seperti water station yang disiapkan di sana, anjuran membawa tumbler sendiri hingga eco-souvenir yang dibagikan saat registrasi.

IMAC Film Camp Screening

Selain melakukan registrasi online, aku juga perlu konfirmasi kembali di meja registrasi yang ada di venue. Selanjutnya panitia mengarahkan aku untuk masuk ke ruang pemutaran Djuman Djaja dimana film pendek karya para finalis akan ditayangkan. Jadi sebelumnya, sekolah-sekolah terpilih sudah mengikuti Film Camp selama 7 hari, mereka nggak cuma dibekali materi lengkap tentang filmmaking, tapi juga difasilitasi mulai dari peralatan syuting sampai editing. Tim IMAC Filmfest 2025 menyediakan beragam fasilitas dan perangkat agar mereka bisa menuangkan ide kreatifnya jadi film pendek yang berkualitas dan bisa aku saksikan melalui IMAC di hari pertama.

Ada 5 film pendek yang diputar dan aku nikmati cerita, audio hingga visualnya. Kelima film pendek karya sekolah terpilih ini cukup menarik dan sangat berbeda satu sama lainnya, meski latar yang diambil sama yakni di Taman Mini Indonesia Indah. Merekapun sangat kreatif dalam menentukan judul dari karya yang mereka buat, menumbuhkan rasa penasaran dan mengundang pikiran untuk menebak-nebak cerita yang tersembunyi di dalamnya.

Kelima film pendek yang diputar antara lain Reverie karya sineas muda dari UPH College, selanjutnya ada film pendek Fana, Langit Abu-Abu, Prisoned Mind dan Siapa karya siswa-siswa dari SMAN 8 Jakarta. Setelah melihat kelimanya, aku sudah bisa langsung menentukan film pendek yang jadi favouriteku hehe, jadi ikut penasaran dan menunggu keseruan awarding daynya.

Film memang sangat menarik untuk dinikmati dan sedikit diulik, bukan cuma emosi yang dibangkitkan, tapi juga pikiran yang diajak menjelajahi makna di balik setiap scene, rasanya seru banget sih apalagi untuk film pendek yang tidak dilengkapi dialog dari pemeran utama, jujurly aku lebih suka. Salutnya lagi, di usia dan waktu singkat yang disediakan, mereka bisa membuat film pendek dengan visual yang ciamik, kreatif dalam memainkan komposisi warna hingga punya angle yang variatif. Bener-bener nggak nyangka anak-anak sekolah bisa bikin karya sekece itu.

Talkshow Masterclass bareng Umay Shahab dan Bagoes dari Sinemaku Picture

Setelah screening selesai, tentunya aku nggak mau langsung pulang. Masih ada sesi talkshow Masterclass with Sony Indonesia. Asli nggak nyangka kalau narasumber di talkshow ini adalah Umay Shahab dan Bagoes sinematografer dari film Perayaan Mati Rasa. Rasanya seneng banget bisa mendengarkan pemaparan mereka tentang isi ‘dapur’ sebuah film yang diproduksi. Asli seru dan banyak ilmu baru yang aku dapatkan di sesi talkshow yang mungkin aku share sedikit melalui artikel singkat ini.

Dari sekian buanyaknya elemen pembuatan sebuah film, ada skill krusial yang sebaiknya dimiliki seorang film maker atau mereka yang terlibat di dalam sebuah produksi.  Seperti yang disampaikan  Umay dan kak Bagoes agar kemampuan berkomunikasi harus terus di latih, baik di dalam produksi filmnya hingga di luar film karena ‘kita kerja dengan manusia’ dan film nggak bisa dibuat sendiri. Butuh kerja tim yang melibatkan banyak kepala dan keahlian berbeda yang satu sama lainnya saling membutuhkan.

Nggak cuma teori aja, mereka juga ngasih contoh bahkan cuplikan behind the scene dari proses syuting film perayaan mati rasa yang membuat penjelasan yang lagi disampaikan tuh masuk ke kepala. Aku juga setuju banget sama apa yang disampaikan Umay kalau film yang ‘bagus’ itu nggak butuh perangkat atau kamera mahal, skill over the gear.

Part selanjutnya juga bikin aku betah duduk berlama-lama di ruangan talkshow karena buatku cinematography selalu menarik untuk dibahas karena kita bisa bercerita lewat visual. Dari explore angle, pencahayaan, dan pergerakan kamera pasti punya makna tersendiri, bisa dibilang sinematografi jadi sosok di balik keindahan visual sebuah film. Kak Bagoes memberikan tips dan contoh bagaimana menerjemahkan cerita jadi rangkaian adegan yang punya emosi dan atmosfer. Mulai dari pemilihan lensa, pencahayaan, komposisi frame hingga palet warna yang sudah ditentukan.

Seru banget bisa hadir di hari pertama IMAC Filmfest 2025 dan jadi sedikit tau bagaimana proses kreatif di balik karya film yang selama ini aku nikmati. Kolaborasi ILUNI UI ini semoga terus berlanjut dan semakin berkembang, nggak cuma jadi ajang apresiasi film pendek, tapi juga ngasih ruang buat para sineas muda buat belajar dan berkarya. Ditambah lagi pesan dari Green Diffraction yang  ingin disampaikan dalam event ini bisa ngajak kita semua untuk ikut berperan menjaga keberlanjutan.

Buat kalian yang belum sempat datang atau mau melihat keseruan event selama 3 hari ini, buruan deh cek instagram @imac.filmfest, dukung terus perfilman Indonesia.

Hiii terima kasih sudah berkunjung. I'm totally happy and greatly appreciate if you kindly give me some advice and comments. For any enquiries, kindly send email to ria.iyha29@gmail.com . Enjoying reading :))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *