Education,  Food

Menjaga Keberlanjutan Kopi Lokal di Indonesia

Sejak kecil, aroma kopi  sudah sering mengisi udara di rumah. Orang tuaku yang berasal dari Sumatera, terbiasa menyeruput kopi hitam pagi dan sore hari. Perlahan, akupun mulai mengikuti jejak mereka yang ternyata sudah berlangsung turun-temurun dari Kakek Nenek. Kopi yang diseduh dengan sangat sederhana, hanya menuang air panas ke dalam cangkir berisi bubuk kopi dan ditambahkan sedikit gula.

Masih menempel di ingatanku, saat kami menikmati kopi khop khas Aceh yang disajikan di dalam gelas bening terbalik, diletakkan diatas piring kecil. Sangat nikmat diteguk selagi masih panas. Banyak sekali cerita perjalanan kopi yang beragam di keluargaku. Kecintaan pada kopi lokal yang sudah jadi budaya dan pengingat akan kampung halaman.

Alhamdulillah, beberapa tahun belakangan ini kopi lokal di Indonesia makin berkembang. Kopi mulai menjadi sorotan yang membuat banyak coffee shope bermunculan, menawarkan beragam varian kopi. Pastinya ini jadi kabar membahagiakan untuk pecinta kopi sepertiku. Tadinya minum kopi hitam atau kopi sachet praktis, sekarang aku bisa mencoba berbagai kombinasi kopi dengan susu, gula aren hingga campuran lainnya, hingga aku jatuh hati pada espresso dengan tambahan susu yang diproses dengan dark roast. Rasa kopinya harus strong dibanding gurihnya susu.

Seringnya berkunjung ke beberapa coffee shop dan melihat beragam mesin kopi, membuat aku penasaran untuk belajar menyeduh kopi ala barista. Alhamdulillah keinginan itu terwujud saat aku mengikuti Offline Gathering pertama dari Eco Blogger Squad (EBS), komunitas yang sudah memberikan banyak pemahaman terhadap isu lingkungan sekaligus selalu memberikan reminder untuk lebih sayang sama Bumi.

Minggu, 27 Oktober 2024 aku dan teman-teman EBS berkesempatan untuk mengenal lebih jauh perkembangan kopi lokal di Indonesia, bagaimana ikut mendukung keberlanjutan kopi lokal hingga merasakan experience menyeduh kopi secara manual dengan arahan langsung dari barista yang sudah berpengalaman. Sehappy itu bisa join di program pertama EBS yang bertajuk Nature’s Bounty: When Young People Craft Sustainable Wonders with Local Coffee #KopiLokalJuara.

Bertempat di Anomali Coffee SetiaBudi, kami langsung disambut dengan ramah oleh EBS team dan pastinya sajian kopi khas Anomali. Sambil mendengarkan narasumber sharing, aku bisa mencicipi crème brulee coffee, varian kopi yang belum pernah aku minum sebelumnya. Sesi pertama dibuka oleh Kak Noverian Aditya yang merupakan Founder dari Java Kirana. Coffee Enthusiast mungkin sudah nggak asing mendengar Java Kirana.

Berbeda dengan kebanyakan orang, Kak Noverian tidak tertarik membuka coffee shop disaat kopi semakin populer  dan banyak kedai kopi bermunculan. Justru Ia berfikir untuk menjaga agar komoditi kopi terus berlanjut, menyediakan pasokan kopi berkualitas langsung dari sumbernya. ‘’Kalau semua demand, siapa yang jagain supply nya, ‘’ ungkap kak Noverian saat itu.

 

Aku salut banget mendengar misi dan program yang sudah diupayakan Java Kirana untuk menjaga keberlangsungan kopi lokal, termasuk mensejahterakan para petaninya yang saat ini berjumlah kurang lebih 400 orang, tersebar di 6 Kabupaten. Kerennya lagi, Java Kirana dan tim nggak hanya fokus pada produksi kopi semata, mereka ikut memikirkan bagaimana mengembangkan pertanian tanpa merusak lingkungan. Dengan mengembangkan ekonomi restoratif, mereka berikhtiar untuk menjaga lahan pertanian dan hutan dari kerusakan.

Perjalanan dari secangkir kopi yang kita teguk, ternyata berasal dari banyak proses dan kerja keras. Dari mulai pohon kopi yang di rawat sedemikian rupa, biji kopi yang dipetik hingga bisa dinikmati oleh kita dengan mudah. Akupun semakin berharap tiap kopi yang bisa kita nikmati hingga hari ini bisa berdampak positif untuk para petaninya dan pastinya untuk lingkungan.

Selain Java Kirana, Anomali Group juga terus berupaya untuk mendukung keberlanjutan kopi lokal di Indonesia. Kak Donna mewakili PT Kopi Asli Indonesia, Indonesia Coffee Academy, dan PIJAK menuturkan bahwa mereka terus mengkurasi dan mempromosikan beragam biji kopi asli Indonesia, dari berbagai pelosok wilayah di Indonesia yang tiap biji kopinya mencerminkan wilayah asalnya.

Anomali Group juga bekerja sama dan berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk memastikan kualitas biji kopi yang disajikan merupakan biji kopi lokal pilihan terbaik. Kerja sama juga dijadikan sebagai wadah pelatihan dan edukasi untuk keberlanjutan kopi di Indonesia.

Kak Donna juga mengungkapkan bahwa di Anomali Coffee, kita nggak hanya sekadar minum kopi, tapi kita bisa tau behind the storynya, pengunjung bisa mendapatkan edukasi mengenai kopi yang dinikmati. Keren sih, konsep berbeda yang belum tentu bisa didapatkan di kedai kopi lainnya. Puas dan happy banget bisa melihat beragam varian kopi yang ada di Anomali ini, selengkap itu.

Saat ini Anomali Coffee juga mulai menggunakan kemasan ramah lingkungan untuk menyajikan kopi ataupun makanan yang dipesan pelanggan. Salah satunya cup plactic free yang digunakan sebagai wadah kopi yang biasa dipesan untuk take away. Selain upaya ini, kita sebagai penikmat kopi bisa membawa tumbler sendiri ataupun tote bag saat membeli produk di Anomali Coffee ataupun tempat lainnya.

Sesi terakhir gathering kemarin, seluruh peserta EBS bisa berkesempatan untuk menyeduh kopi dengan Teknik manual brewing. Kak Yoko menyampaikan penjelasan dan arahan singkat mengenai teknik dan metode yang biasa dilakukan seorang Barista. Untuk Manual Brew sendiri terdiri dari 2 tipe yang bisa dipilih yaitu pour over atau immersion. Kedua tipe ini akan sangat menentukan karakter rasa dan pastinya alat yang digunakan.

Kopi itu memang sensitive, biji kopi yang sama rasanya akan berbeda jika diseduh dengan metode bahkan alat yang berbeda, kopi memang unik dan selalu menarik. Nah untuk Teknik yang akan aku dan teman-teman coba adalah manual brew dengan menggunakan alat V60, alat penyeduh kopi yang berbentuk kerucut.

Langkah pertama, pasang kertas filter ke dalam V60 dripper lalu basahi menyeluruh dengan air panas.  Buang airnya ke dalam wadah yang berbeda. Selanjutnya aku diminta untuk memilih biji kopi yang akan digunakan, ditimbang sebanyak 20 gram dan selanjutnya di giling hingga menjadi bubuk kopi. Next step, tuang bubuk kopi dan siram dengan air panas pelan-pelan dan secara bertahap. Jadi ada 3 tahapan yang setiap tahapnya itu harus diperhatikan jumlahnya melalui timbangan. Jeda antara tahap pertama dan selanjutnya pun harus dihitung dengan timer.

Proses yang menurutku menyenangkan sekaligus berkesan, ternyata kopi yang selama ini aku nikmati, bisa jadi prosesnya nggak semudah keliatannya. Proses membuat kopi kemarin mengajarkan tentang kesabaran dan ketelitian ya, penyeduhan bertahap seperti itu memang membuat ekstraksi kopi lebih optimal.

Dari acara kemarin aku jadi pengen belajar teknik penyeduhan kopi lainnya, pastinya masih banyak dan beragam. Di Anomali Coffee ternyata tidak hanya menyediakan varian kopi yang bisa di bawa pulang, mereka juga menyediakan beberapa alat ataupun wadah untuk menyeduh kopi di rumah, duh kapan-kapan harus mampir lagi nih ke Anomali Coffee.

Tentunya cerita kopi seperti ini nggak akan ada lagi kalau kopi lokal di Indonesia terancam keberadaannya. Langkah menjaga dan melestarikan kopi lokal pasti butuh Upaya banyak pihak termasuk kita para penikmatnya. Jadikan kopi lokal juara di hati kita, nggak sekedar rasa tapi jadi warisan budaya. Dengan memilih kopi lokal, kita tidak hanya menikmati secangkir kopi yang nikmat, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi dan kesejahteraan pertanian kopi di Indonesia.

Hiii terima kasih sudah berkunjung. I'm totally happy and greatly appreciate if you kindly give me some advice and comments. For any enquiries, kindly send email to ria.iyha29@gmail.com . Enjoying reading :))

4 Comments

  • Lala

    Kagum dan takjub deh sama Eco Blogger Squad yang mengadakan event mengangkat tema kopi lokal juara bareng Anomali grup.

    Menurutku kualitas kopi lokal Indonesia itu oke banget. Semoga semua pelaku UMKM Coffee shop pakai bahan dasar dari kopi lokal ya, supaya makin mengalami peningkatan dunia perkopian lokal. Pun dengan kita-kita selaku pencinta kopi, semoga selalu memilih ngopi dengan kopi lokal.

    Bayangin ada banyak petani dan orang-orang yang terbantu jika kita membiasakan konsumsi kopi lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *