Healthy,  Parenting

Tips Mengatasi Mommy Burnout

Seorang ibu selalu memegang peranan penting di dalam keluarga. Mengurus rumah, mendidik anak-anak, mengatur keuangan hingga menyiapkan nutrisi terbaik bagi anggota keluarga. Banyak banget pekerjaan dan tanggung jawab seorang ibu yang membuat dirinya menjadi pilar rumah tangga.

Akupun merasakan betul gimana padatnya rutinitas pekerjaan yang tiap hari harus ibu lakukan. Bangun paling pertama namun tidur paling akhir dibandingkan ayah dan anak-anak. Gak hanya itu, kelelahan makin terasa kalau anak-anak lagi sakit ataupun rewel.

Selama mengurus keempat anakku, aku sempat mengalami burnout. Aku ingat betul saat si bungsu lahir dan harus tetap mengurus kakaknya yang jarak usianya memang dekat dengan kelahiran adiknya. Saat itu, muncul perasaan ingin pergi bahkan menjauh dari anak-anak. Alhamdulillahnya masa-masa burnout itu gak berlangsung lama, kehadiran dan bantuan dari suami menjadi booster dan mengembalikan semangatku mengurus anak-anak.

Atasi Mommy Burnout Melalui Kampanye #SepenuhnyaUntukIbu

Sempat beberapa kali, teman dekatku juga bercerita bahwa Ia mengalami masa-masa burnout sebagai ibu, merasa kelelahan dan jenuh dalam mengurus anak sekaligus menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya. Mommy burnout ini memang banyak dialami beberapa ibu, terutama new mom ataupun ibu yang kurang mendapatkan support dari orang terdekat.

Mommy Burnout ini gak bisa disepelekan, harus dikenali tanda-tandanya hingga di cari solusinya. Jika dibiarkan berlanjut, khawatir perasaan burnout berubah menjadi gangguan emotional yang berat seperti depresi dan lainnya. Nah Alhamdulillah beberapa hari lalu aku mengikuti webinar yang membahas topik ini. Webinar ini diselenggarakan oleh Hansaplast sebagai bentuk dukungan untuk para Ibu di momen special Hari Ibu.

Hansaplast juga menggaungkan kampanye #SepenuhnyaUntukIbu dengan memberikan banyak kiat dan tips mengatasi Mommy Burnout. Webinar yang diselenggarakan melalui zoom meeting kemarin mengusung topik ‘’Peran Support System sebagai Pertolongan Pertama Atasi Mommy Burnout untuk Mengoptimalkan Pengasuhan Anak’’, Hansaplast memberikan banyak edukasi sekaligus support untuk para ibu melalui webinar tersebut. Dipandu oleh Mom Conchita Caroline Rajasa, webinar Hansaplast menghadirkan 2 narasumber yang berbagi banyak ilmu yakni:

  • Mesty Ariotedjo, Sp. A , Dokter Spesialis Anak, Founder @tentanganakofficial, Mom Influencer
  • Grace E. Sameve, M.A., M.Psi. , Psikolog Anak

Kita udah sering banget ya mom mendengar burnout yang dikeluhkan sebagian ibu saat tumpukan pekerjaan tak kunjung selesai. Kelelahan fisik dan mental yang gak hilang meski sudah beristirahat, menjadi tanda-tanda seorang ibu mengalami burnout. Biasanya kalau kita kelelahan, istirahat hingga tertidur menjadi Pelepas Lelah yang ampuh, setelah bangun maka rasa Lelah akan hilang, namun jika kita terkena burnout, kondisi kelelahan tersebut tidak hilang bahkan berlanjut stress.

Mommy burnout ini terkadang tidak disadari beberapa ibu, terjadi begitu saja dalam jangka waktu yang panjang. Di beberapa ibu, burnout ini lama kelamaan menimbulkan dampak yang merugikan bagi emosi si ibu hingga perkembangan anak. Untuk itu, kita perlu nih mom, mengenali tanda-tanda dari Mommy Burnout lainnya, seperti yang di sampaikan Mba Grace pada saat webinar kemarin, seperti:

  • Lelah berkepanjangan menjalani peran sebagai orang tua
  • Perbedaan kondisi antara orang tua saat ini dan sebelumnya
  • ‘Muak’ menjadi orang tua dan
  • Menjaga jarak secara emosional dengan anak

Mba Grace juga menyebutkan peran orang sekitar dalam memperhatikan kondisi ibu, apakah terlihat berbeda dari biasanya atau tidak. Memang perlu banget perhatian dan kepekaan dari orang sekitar ya. Ibu yang punya banyak peran di rumah terkadang memiliki keterbatasan dalam memperhatikan dirinya sendiri, makanya membutuhkan banyak perhatian dari orang-orang sekitar untuk membantu bahkan ikut merasakan apa yang sedang dirasakan ibu.

Penyebab Mommy Burnout

Tiap ibu pasti punya tantangan dan ujian yang berbeda, sehingga penyebab pasti yang bisa menjadi pemicu burnout hanya dapat diketahui oleh si ibu dan orang sekitarnya. Namun dari sekian banyak pengalaman yang dirasakan para ibu, kitab isa mengetahui nih faktor-faktor yang biasanya menyebabkan mommy burnout terjadi.

Seperti yang faktor-faktor resiko yang disampaikan Mb Grace dalam webinar kemarin. Mommy burnout dapat disebabkan karena adanya tuntutan pengasuhan, penilaian terhadap diri sendiri  dan/atau situasi, perfeksionisme, keterbatasan support system dan perubahan-perubahan yang menuntut ibu untuk menyesuaikan.

Terkadang banyak tuntutan dan ekpektasi kita yang tidak sesuai dengan kondisi sehingga memberikan tekanan ke diri sendiri bahkan merasa gagal karena tidak bisa mencapai ekspektasi tersebut. Banyak hal sih yang bisa menyebabkan mommy burnout ini. Di kesempatan yang sama, dr. Mesty juga menyampaikan pengalamannya yang sempat merasakan burnout.

‘’Sebagai seorang ibu, aku merasa harus kuat menjalani tanggung jawabku untuk keluarga. Terkadang sungkan meminta bantuan orang lain karena tidak mau merepotkan orang lain. Di sisi lain, aku juga ingin tetap memiliki aktualisasi diri. Dengan sebegitu banyaknya tanggung jawabku, kadang aku mengalami stres dan kelelahan fisik dan emosi tetapi aku sadar betul bahwa ibu yang bahagia penting bagi perkembangan anak’’, ungkap dr. Mesty.

Kiat-kiat mengatasi Mommy Burnout

Mengetahui penyebab dari burnout yang ibu alami menjadi solusi efektif untuk mengatasi burnout ini, seperti yang disampaikan mb Grace saat menjawab pertanyaan dari peserta webinar. Kita harus tau dulu penyebab apa sih yang membuat burnout itu muncul. Setelah mencari tau penyebab pemicunya, Mommy Burnout ini dapat diatasi dengan support dari sekitar, orang terdekat ibu.

Mba Grace membagikan kiat-kiat yang wajib banget nih kita jadikan reminder ke diri sendiri dan juga orang-orang terdekat kita. Jadi gak hanya diri kita sendiri yang berupaya menyembuhkan burnout tapi ada peran dari suami dan keluarga. Peran yang bisa dilakukan seorang suami seperti tingkatan perhatian kepada kondisi istri, menawarkan bantuan atau punya inisiatif untuk membantu meringankan pekerjaan ibu, tetapkan prioritas, menjaga kondisi kesehatan fisik dan mental, dan memperbaiki komunikasi rutin 2 arah.

Peran suami sangat penting dalam membantu ibu menjaga kesehatan mental dan fisiknya, meringankan pekerjaan mengurus rumah juga mendidik anak. Ibu dan ayah memang harus menjadi partner yang solid ya, menguatkan satu sama lain hingga bersama-sama saling menjaga, jangan sampai hanya ibu yang terus-terusan kelelahan menyelesaikan tanggung jawabnya, begitupun sebaliknya. Selain peran ayah, ada peran keluarga dan juga diri sendiri seperti:

Mba Grace juga menyampaikan ‘’ Tindakan-tindakan kecil suami yang sesuai dengan kebutuhan ibu sangat berarti bukan hanya untuk membantu ibu menyelesaikan salah satu tugasnya, tetapi juga bisa mendukung kesejahteraan ibu karena ibu menjadi lebih yakin bahwa ia tidak pernah sendiri.”

Pertolongan Pertama yang Sebaiknya ada di rumah

Tak hanya peran suami dan keluarga yang diperlukan untuk mengatasi Mommy Burnout, ibu sebagai orang tua yang punya segudang kerjaan dan tanggung jawab, sebaiknya juga memperhatikan kondisi keamanan dan kebutuhan untuk melindungi anak-anak. Meminimalisir luka dan menyediakan pertolongan pertama di rumah, jika disediakan dengan baikm tentunya akan mengurangi pekerjaan ibu.

Melalui webinar kemarin, aku juga diingatkan nih untuk menyediakan kotak perlindungan di rumah, apalagi anak-anakku sedang aktif-aktifnya eksplorasi, ada saja ulah mereka dalam mencoba hal baru. Dr. Mesty mengungkapkan ‘’ penting sekali sebagai orang tua mempersiapkan 2 hal yaitu pertama adalah kotak pertolongan pertama dan memahami langkah pertolongan pertama pada anak dan keluarga. Pada prinsipnya pertolongan luka pada anak adalah bersihkan luka dengan air mengalir atau antiseptik agar mencegah infeksi, lindungi luka dari kotoran dan bakteri dengan plester atau kasa. Penting jika luka terlihat dalam dan perdarahan tak kunjung berhenti segera bawa anak ke fasilitas kesehatan.”.

Setidaknya ada 2 produk nih yang harus kita sediakan di rumah, yaitu Hansaplast Plester Luka dan Hansaplast salep luka. 2 produk ini selain praktis mengatasi luka dengan cepat, kita juga bisa memberikan perlindungan dini sebelum luka diobati oleh tenaga medis.

source Instagram Hansaplast

Melalui webinar kemarin, dokter Mesty menyampaikan bagaimana penanganan luka yang bisa kita lakukan di rumah. Hal yang pertama perlu dilakukan adalah jangan panik, selanjutnya membersihkan tangan terlebih dahulu sebelum mengobati luka agar tidak ada kontaminasi bakteri yang berpindah dari tangan ke bagian luka. Jika luka kecil, kita cukup bersihkan dengan air mengalir atau semprot dengan Hansaplast Spray atau Hansaplast antiseptik pembersih luka. Selanjutnya tutup luka dengan plester. Jika luka sudah mengering, kita bisa oleskan Hansaplast salep luka, kandungan petroleum jelly murni dan panthenolnya bisa menenangkan kulit, membantu luka ringan sembuh 2x lebih cepat, hingga bekas lukanya sedikit.

Di rumah aku juga menyediakan kotak P3K yang siap memberikan perlindungan jika anak-anak mengalami luka ringan saat bermain. Nah Hansaplast lagi mengadakan kampanye digital nih ‘Satu Hari, Satu kebaikan, Aku Sayang Ibu’, jadi kampanye ini mengajak kita untuk melakukan kebaikan untuk ibu setiap hari, apresiasi atas kasih sayang dan jasa ibu yang dishare di sosial media, Informasi lengkap mengenai kampanye ini, bisa di lihat di instagram Hansaplast ya.

Hiii terima kasih sudah berkunjung. I'm totally happy and greatly appreciate if you kindly give me some advice and comments. For any enquiries, kindly send email to ria.iyha29@gmail.com . Enjoying reading :))

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *