
Selimut Polusi yang Mengancam Bumi
Beberapa bulan terakhir, isi group sekolah Arfa dan Cila dipenuhi dengan chat permohonan ijin karena beberapa murid sakit, termasuk anak-anakku. Sebagian besar terkena batuk pilek hingga demam tinggi dengan masa penyembuhan yang agak lama, Arfa aja harus istirahat selama seminggu di rumah. Baru kali ini siklus batuk pilek yang menyerang anak-anak lebih dari 3 hari, belum lagi penyebarannya sangat cepat.
Ternyata gak cuma orang tua yang kewalahan merawat anak-anak sakit bergantian, DSA pun tak henti-hentinya menerima pasien sakit setiap hari tanpa jeda, ruang poli anakpun penuh dengan gejala sakit yang hampir sama. Apakah ini hutang imunitas setelah pandemi atau memang virus dan bakteri penyebab penyakit makin menyebar dengan mudah?
Dari beberapa artikel yang aku baca, faktor lingkungan yang rusak dan buruknya ekologis akan mempercepat penyebaran penyakit dan munculnya virus dengan varian baru. Dampak perubahan iklim yang semakin terasa dan semakin mengkhawatirkan, belum lagi bencana alam yang lebih sering terjadi, signal dari bumi yang ingin bilang kalau saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Saat ini imunitas kita dan anak-anak memang sedang diuji untuk terus beradaptasi dengan segala varian penyakit yang bermunculan, sekaligus kita juga harus aware sama dampak #SelimutPolusi yang mulai terasa. Sejak pandemi berlalu,hiruk pikuk jalanan kota saat ini makin padat bahkan aku merasa macet sudah tak mengenal hari. Kebayang kan gimana asap polusi yang dihasilkan dari ribuan kendaraan itu? Belum lagi polusi dari industri pabrik, emisi karbon dari peralatan elektronik, dan sumbangan polusi dari masalah sampah di sekitar kita yang belum juga tuntas. Gimana gak makin banyak dan mudahnya penyakit menyebar ya.
Selimut Polusi dan Dampaknya
Ternyata bumi tidak hanya diselimuti oleh atmosfer yang selama ini kita tau, tapi gulungan polusi yang ikut menyelimuti bumi. Selimut Polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim. Selimut polusi terbentuk dari akumulasi berbagai asap polusi dan emisi karbon di udara yang berkumpul, sehingga efeknya seperti rumah kaca. Sinar matahari yang masuk ke dalam bumi tidak bisa dipantulkan lagi seperti seharusnya, sehingga bumi akan semakin panas.
- Kualitas udara yang tidak sehat
Berdasarkan data dari BMKG, sejak Juni 2022, konsentrasi PM2.5 mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada level 148 µg/m3 (mikrogram per meter kubik). Angka pencemaran yang tinggi sehingga kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya menunjukan kondisi yang tidak sehat. Dari informasi tersebut, BMKG juga menjelaskan bahwa PM2.5 itu merupakan polutan udara yang wujudnya berupa partikel dengan ukuran yang sangat kecil (tidak lebih dari 2,5 µm atau mikrometer). Nah ukurannya yang sangat kecil tadi dapat dengan mudah masuk ke dalam sistem pernafasan kita. Partikel tadi bisa menyebabkan infeksi saluran pernafasan dan gangguan kesehatan lain seperti gangguan pada paru-paru. Belum lagi diperburuk sama kurangnya lahan hijau yang bisa membantu penyaringan udara di sekitar kita.
- Perubahan Iklim
Kita mungkin sudah sering merasakan cuaca dan iklim saat ini yang sudah tidak bisa diprediksi, curah hujan tinggi bisa terjadi kapan saja, musim panas sudah tidak lagi menghangatkan justru sangat terik dan tak jarang menyebabkan rusaknya tanaman hijau. Perubahan iklim makin kesini makin terasa.
Perubahan iklim ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di semua belahan bumi. Beberapa kali kita menyaksikan bencana alam yang terjadi di banyak Negara dan beberapa kota di Negeri tercinta. Angin putting beliung, banjir besar, longsor dan berbagai bencana alam lainya. Kalau kita berdiam diri, dampak perubahan iklim ini akan semakin dashyat. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi selimut polusi yang semakin menebal?
Hajar Selimut Polusi Bersama
Selimut polusi dan segala tantangan abad 21 ada di depan mata, tak cukup menunggu langkah Pemerintah saja untuk menanggulanginya, butuh #TeamUpForImpact yang bisa membantu bumi melepaskan selimut polusi yang menggulungnya. Kita harus memulai melakukan perubahan dengan upaya-upaya sederhana yang bisa kita lakukan dari rumah, dari diri sendiri dan mulai sedini mungkin. Apapun yang kita lakukan untuk kebaikan lingkungan dan bumi pasti akan memberikan kebaikan pula bagi kita dan keluarga, tidak ada kebaikan yang sia-sia. Kita bisa Hajar Selimut Polusi Bersama!
- Menanam Pohon dan Perbanyak Lahan Hijau
Pepohonan hijau itu seperti spons atau busa yang mampu menyerap polutan-polutan di udara dan selanjutnya pohon akan mengeluarkan oksigen yang bisa kita hirup secara gratis. Bayangkan jika jumlah pepohonan hijau di sekitar kita lebih banyak, pasti kualitas udaranya akan lebih bersih.
Sayangnya kondisi saat ini terutama di perkotaan, lahan kosong banyak dijadikan pusat bisnis dan perumahan yang sangat minim lahan hijaunya. Padahal manfaat pepohonan hijau tidak hanya menyerap polutan di udara tapi juga menjadi area resapan air yang baik, sehingga mencegah banjir, longsor dan pastinya menjaga ketersedian air bersih. Aku sangat bersyukur masih bisa menikmati air tanah yang bersih secara gratis, bisa digunakan untuk air minum dan kebutuhan lainnya. Semoga saja air tanah yang gratis ini bisa terjaga hingga ke generasi berikutnya.
Aku sangat berharap, nantinya setiap rumah bisa menyediakan satu pohon di rumah mereka atau menyisakan sedikit lahan untuk area hijau, bisa digunakan untuk menanam pohon sekaligus area resapan air hujan. Jangan sampai udara di sekitar kita makin buruk kualitasnya karena kurangnya pepohonan hijau yang bisa memberikan oksigen dan kualitas udara yang lebih bersih.
- Kelola Sampah – Reduce, Reuse dan Recycle
Beban sampah di Indonesia hingga saat ini semakin besar, polusi yang dihasilkan dari limbah inipun tak main-main. Tumpukan sampah yang ada dimana-mana mengakibatkan terjadinya pencemaran udara, air dan juga tanah. Sudah saatnya kita mulai mengelola sampah rumah tangga dengan memilah sampah plastik dengan sampah lainnya. Sampah plastik ini menyumbang pencemaran terbesar.
Jumlah sampah plastik di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik saat ini mencapai 64 juta per tahun. Selain sulit terurai, sampah plastik juga menyumbang pencemaran udara sejak awal, apalagi plastik yang mengandung partikel berbahaya.
Reduce, Reuse dan Recycle sudah mulai digaungkan di berbagai media dan tempat, ini jadi langkah jitu untuk mengurangi sampah plastik yang ada saat ini. Dimulai dengan konsep thinking before buying, bijak dalam menggunakan plastik, mulai mengelola sampahnya hingga upaya mengubah limbah plastik menjadi barang atau sesuatu yang bisa digunakan kembali.
- Menerapkan Sustainable Lifestyle
Gaya hidup berkelanjutan atau sustainable living ini menjadi konsep gaya hidup yang sangat dianjurkan untuk menghajar selimut polusi yang semakin menebal. Dengan gaya hidup berkelanjutan, kita bisa menjadi #MudaMudiBumi yang peduli terhadap keberlangsungan kehidupan. bijak menggunakan semua sumber daya alam yang ada saat ini. Menggunakan dan memanfaatkan tanpa harus merusak kelestarian lingkungan. Gaya hidup berkelanjutan yang bisa diterapkan adalah dengan membuat kebun pangan sendiri, makan sampai habis (mengurangi sampah makanan), bijak membeli sesuatu, dan memilih produk pangan yang berkelanjutan.
- Mengurangi Pemakaian Kendaraan Pribadi
Menurutku kebijakan plat nomor kendaraan genap ganjil di beberapa jalan berhasil mengurangi penumpukan kendaraan, salah satu langkah yang bisa mendorong masyarakat untuk mengunakan transportasi umum. Tentunya dengan berkurangnya pemakaian kendaraan pribadi, angka polusi di udara akan sangat berkurang. Fasilitas dan armada transportasi umum juga harus terus diperbaiki, sehingga naik angkutan umum sama nyamannya dengan naik kendaraan pribadi.
- Menjaga Kelestarian Hutan, Taman Kota dan Lingkungan Hijau
Kalau kita tidak bisa menyumbang pepohonan hijau yang bisa membersihkan udara, setidaknya kita tidak merusak lahan hijau yang ada. Taman kota dan pepohonan yang ada menjadi sumber oksigen dan penyaring udara yang bisa menghajar selimut polusi secara efektif. Cegah penebangan hutan dan tindakan lainnya yang merusak. Seperti yang kita tahu hutan menjadi paru-paru dunia yang keberadaannya sangat kita butuhkan. Yuk lestarikan dan jaga apa yang sudah ada.
Kita hanya punya satu planet yang bisa kita tempati, disinilah kita bisa menggunakan sumber daya alamnya. Sudah saatnya kita makin peduli untuk menjaga bumi agar anak cucu dan generasi berikutnya masih bisa menikmati semua berkah ini, Tidak ada upaya perubahan yang sia-sia, semua dilakukan #UntukmuBumiku.